“Dek, tadi Mas ingin diberi duit lima belas juta kontan oleh perusahaan provider rekan perusahaan Mas yang tempo hari. Itu juga kalau kurang mau ditambah lagi. ”
“Uang apa? Hati-hati ya Mas, ade tidak mau Mas ngambil duit yang abu-abu tidak ISTRjelas. Masa ngasih duit tanpa ada sebab ‘kan tidak mungkin. ”
“Iya, memanglah Mas tolak, kok. Dokumen penagihan mereka yang nilainya beberapa ratus juta ada sama Mas, Mas katakan, ‘uang ini kasih buat kantor saya yg kemarin, ini bukanlah hak saya. Lantaran saya tak bekerja disana lagi saat ini. ’ Bapaknya tadi mengatakan, bila Mas ingin besok atau kapan ingin ambil uangnya dipersilakan. Bagaimana menurut Adek? ”
“Jangan, ah. Gapapa kita sulit, asal jangan sampai makan hak orang lain. Berat Mas pertanggungjawabannya, mengalir di badan anak. Anak-anak jadinya bandel, tidak akan barokah Mas hidup jika kita ngambil hak orang, hati tentu tidak tenang, hiii… ngeri, naudzubillah! ”
“Iya, Mas juga bangga kok tidak ngambil duit itu, walau dalam keadaan kita yg begini. ”
Sekelumit percakapanku dengan suami lima tahun waktu lalu. Dimana waktu itu yaitu waktu transisi suami geser ke perusahaan baru, sementara saya barusan melahirkan anak ke-2, pasti ongkos serta keperluan semakin banyak, saya yang saat itu baru pulang dari kampung, selesai persalinan menggunakan duit yang banyak, di lebih lagi satu bulan selanjutnya suami baru dapat panggilan kerja di perusahaan baru, jadi selama sebulan, kami mesti makan duwit tabungan, perhiasan dan duit DP tempat tinggal juga habis terpakai, untuk biaya perawatan saya dan buat biaya hidup yang lain.
Uang lima belas juta, bukan nominal yang “wah” untuk kami saat suami masihlah di perusahaan lama. Akan tetapi, saat saat transisi, duit lima belas juta itu sangat sangat mengundang selera, mengingat situasi kami yang telah tak seperti dahulu lagi.
Misal saya sebagai istri khilaf, serta memaksa suami untuk mengambil saja duit itu, saya meyakini suami tentu mengambilnya. Namun saya sadari, saya yaitu penyebabnya suami saya masuk neraka.
Waktu itu, Allah betul-betul menguji keimanan kami berdua. Duit telah menipis, gajian juga masihlah jauh, cost hidup di Balikpapan yang begitu mahal, ditambah lagi hidup di kota besar, bikin hal tidak mungkin jika kami menampik duit dengan nominal yang banyak.
Terlebih saya yang terlebih dulu punya kebiasaan konsumtif, beli suatu hal tanpa ada mesti memikirkan 2 x, betul-betul susah terima ketentuan suami yang minta resign dari posisi yang telah nyaman dari perusahaan lamanya.
Sebagai istri saya hormati ketentuan suami. Meskipun mesti siap dengan keadaan baru yang hasil pendapatannya tidak seberapa bila dibanding terlebih dulu.
Saya kerap katakan pada suami, kalau untuk saya dunia ini bukanlah segala-galanya untuk, saya memanglah suka perhiasan, shopping, kongkow di mall, makan-makan di restaurant elegan, beli apa sajakah yang saya ingin. Namun tahu batasan mana yang perlu saya ambillah bagiannya sampai tak makan duit yang bukanlah jadi hak kami.
Banyak suami yang terlilit masalah korupsi, untuk penuhi tuntutan istrinya yang minta ini itu tanpa ada mesti memikirkan 2 x itu duit siapa, halal atau tak. Lantaran pada intinya lelaki terutama suami, miliki perasaan menginginkan senantiasa membahagiakan istri dan anak-anaknya. Bila wanita tak dapat bertindak sebagai istri yang dapat menyelamatkan suaminya dari bahaya maksiat satu diantaranya korup, jadi saksikan saja, dibuatnya sang suami lupa daratan, lupa kalau hak orang tak harusnya dipakai untuk kebutuhan pribadi.
Istri semestinya sadar, kalau ia penentu kebaikan suaminya, ia memegang fungsi juga penting dalam ketentuan rumah tangga. semestinya ia sadar, kalau suaminya nantinya mesti mempertanggungjawabkan tindakannya.
Sangat banyak istri yg tidak mempedulikan hal semacam itu, mungkin saja lupa pada pengucapan Nabi, kalau penghuni paling banyak di neraka yaitu wanita.
Tidak bergidikkah ia memikirkan suaminya nantinya disiksa buah dari hasratnya yang silau bakal dunia.
Seseorang suami terkadang memanglah dilematis hadapi keadaan istrinya yang minta perlengkapan elegan, perhiasan, serta kemewahan yang lain. Tak dituruti ngancamnya minta cerai, sebagian geram dan menekuk muka sampai 180° celcius.
Perasaan lelaki itu membuat perlindungan serta menginginkan membahagiakan, jadi saat sang istri menuntutnya mesti begini serta demikian harus, lama kelamaan tentu sang suami dipengaruhi juga.
Seseorang suami juga baiknya ingat, kalau ia yaitu pemimpin dalam tempat tinggal tangganya, pengambil ketentuan paling besar, dan orang yang pertama kalinya disuruhi pertanggungjawaban di akhirat nantinya. Tak semestinya lemah, taat serta tunduk pada tekad dan perintah istri yang mana perintah itu mengakibatkan ia jadi penghuni neraka Jahanam.
Pemimpin itu mesti kuat dan tegas dalam memutuskan, bukan hanya ketentuan masalah dunia, namun juga ketentuan akhirat. Sayang istri bisa, namun bukanlah demikian langkahnya. Ikuti kemauannya dengan cara membabi buta, tidak mematuhi koridor syar’i yang sudah Allah tentukan.
Suami itu imam untuk keluarganya, jadi makmum harus ikuti imam, jika imam lakukan kekeliruan, makmumlah yang mengingatkan.
Bukanlah jadi demikian sebaliknya. Makmum memerintahkan imam lakukan pelanggaran serta kekeliruan eh imamnya jadi manut pada makmum.
Logika darimana ini?
Ingatlah wahai para suami, ingat waktu kedepannya kalian dihadapkan serta di tanya Allah tentang nafkah yang kalian berikan pada istri serta anak-anak kalian, apakah tega kalian menjawab,
“Dari hasi korupsi ya Allah, dari hasil merampas hak orang, dari hasil menipu serta dari hasil perbuatan-perbuatan haram yang Engkau larang”
Begitukah kalian akan menjawab pertanyaan Allah nantinya, wahai para suami?
Atau kalian bakal menjawab saat di tanya kenapa hal itu kalian kerjakan,
“Karena sayang istri ya Allah, takut ditinggalkannya, atas perintah istri”
Baguskah jawaban yang seperti itu bila dilontarkan dihadapan sang Khalik?
Pantaskah kalian menjawab dikarenakan lebih takut pada istri dari pada terhadap Allah?
Apakah benar jawaban kalian wahai para suami lakukan maksiat atas perintah istri?
Istri juga harusnya sekian, baiknya berpikirlah sebelumnya memerintah serta menyuruh suami lakukan perbuatan yang dilarang Allah.
Istri….
Gunakan iman serta logikamu, jangan sampai ingin diperbudak nafsu. Kesenangan serta kemewahan hidup didunia dari suatu hal yang haram dan gemerlap hidup yang anda rasakan tidak bertaham lama, akan tidak membawa kemuliaan bagimu. Kamu dimuliakan didunia saja, dimuliakan oleh manusia bukanlah oleh Allah.
Anda tampak, memukau dengan perhiasan mewahmu, dengan kemewahan-kemewahan lain yang anda pamerkan dan anda pakai namun anda yaitu seseorang durjana nista di mata Allah! Itu kah yang anda berharap?
Apa yang anda mencari wahai beberapa istri? Hidup ini sebentar, tidak kasihankah kau pada suamimu bila nantinya mesti disiksa buah dari perbuatanmu?
Cobalah kau tatap muka suamimu waktu ia tertidur, muka lelahnya yang memikul beban hidup untuk kebahagiaanmu serta anak-anakmu, suamimu lembur, dimarahi atasannya, pulang kerumah anda cerca lagi dengan kemauanmu yang penuh kemanjaan dan keserakahan, anda seret suamimu lakukan perbuatan haram untuk ego mu, gengsi hidup yang kau utamakan, melupakan kewajibanmu sebagai pengingat atas kekeliruan imammu, malah anda yang mendorong suamimu masuk neraka.
Tak dapatkah anda memikirkan sedikiiiit saja, jika lelaki yang kau sebut-sebut sebagai belahan jiwamu nantinya menahan siksa api neraka akibat nafkah haram yang diberikannya akibat kemauanmu dan tuntutanmu yang sangat banyak?
Kasihanilah suamimu wahai istri, ingatlah penghuni neraka banyak dihuni oleh golongan kita.
Janganlah kau utamakan gengsi, Allah akan tidak ajukan pertanyaan seberapa gengsimu waktu masihlah didunia, Allah bertanya tanggung jawab serta perananmu sebagai istri.
Apa yang bakal anda jawab saat Allah ajukan pertanyaan nantinya,
“Mengapa anda jerumuskan suamimu lakukan perbuatan haram? ”
Anda bakal menjawab apa wahai istri?
Berpikirlah.
Sadarlah.
Sadar, kalau hidup ini sebentar. Anda mulia bahkan juga bidadari syurga juga cemburu pada kemuliaanmu, janganlah anda mengakibatkan kerusakan kemuliaan itu. Ajak serta gandenglah suamimu menuju jalan ke syurga. Itu tambah baik bagimu.
Tak perlu dengarkan apa kata orang, lakoni hidupmu dengan jalan yang telah Allah tetapkan. Janganlah hak orang lain kau rampas untuk harta serta gemerlap yang dunia janjikan.
Janganlah!
Wahai istri, di syurga sana banyaak sekali perhiasan elegan yang lebih elegan dari apa yang anda gunakan waktu didunia, banyak beberapa tempat indah dari pada sebatas tempat yang kau kunjungi didunia.
Memikirkan serta sadarlah, duit haram buah dari tuntutanmu pada suamimu, bakal memgaliri darah anak-anakmu.
Ingatlah pada maksud hidupmu.
Dunia ini bakal kiamat serta anda bersiaplah memetik dari apa yang anda tanam. Neraka itu panas. Pernahkan tanganmu melepuh wahai istri? Bagaimana rasa-rasanya? Panas, bukan?
Jadi neraka lebih panas serta bukan sekedar melepuhkan kulit halusmu, namun menghancurkan sampai tulang belulangmu. Ingatlah itu!
…
Jadi.
Benar sekali apa yang Rasulullah katakan, jika menikah dengan wanita jadi pastikan yang terbaik agamanya, meski tak melupakan tiga pilihan terlebih dulu.
Lantaran wanita yang besar kesadaran bakal perintah agamanya tentu akan tidak menjerumuskan lelakinya pada lembah kemaksiatan.
Mudah-mudahan semakin lebih banyak lagi istri yang betul-betul sayang pada suaminya, bukan hanya sayang untuk hal duniawi, namun sebenar-benarnya sayang sampai berbuah syurga serta selalu menahan suaminya supaya tak lakukan perbuatan sampai tidak mematuhi batas syar’i seperti yang Allah tentukan dalam Al Qur’an.
Insya Allah.
Aamiin..
sumber : metrosiana.com
0 Response to "KETAHUILAH..!!! ISTRI PENENTU SURGA SUAMI....Tolong di baca dan di share agar para istri jadi tahu"
Post a Comment